Kamu bukanlah yang aku inginkanTapi kamu persis seperti dalam doa-doaku.Kamu adalah jawaban dari doaku pada Tuhan

It's time to leave, though i've never really been arrived.

Dalam keterbatasan kita hanya bisa bersabar, lalu kemudian apakah jarak disebut sebagai keterbatasan?

Aku harus pergi. Aku tak bisa terus-terusan berdiri disini. Hatiku sesak, pengap. Yang aku tahu aku harus pergi.

Perasaan tidak sejalan dengan logika!Kebodohan macam apa ini?

Apakah hidup ini akan menjadi membosankan, jika hanya melulu soal patah hati dan perasaan yang tak berbalas?

Htinya sekarang seperti benda rapuh.Aku tak tahu seberapa retakatau hancur di dalam sana,Aku hanya bisa menerka-nerka dari siniDari tempatkuAku tak tahu apakah ia ingin kurengkuh atau kupelukAtau hanya sekadar kulihat dan ku dengar dari siniDari tempatku.Aku belum tahuMungkin waktu tahuMungkin nanti ia akan mengijinkanku tahuatau mungkin waktu.

Katanya,Kalau jodoh, alam semestapun akan ikut mendukung.Tapi ini BUKAN.Waktu tak pernah berpihak.Bahkan hatimu TIDAK.Bukan sekali, tapi 3 kali ketukan.Aku pikir itu cukup.Cukup untuk 1 kesimpulan.

Kesalahan bukan milikmu.Tapi milikku seutuhnya.Aku yang bersalah.Karena tak mampu mengendalikan harapanku.

Aku gerah menantimu.Jarum di jam stainless ku tak mau berneti sedetikpun hanya untuk menunggu kehadiranmu.Aku letih terdiam disini tanpa bisa menerka ada berapa kilometer tubuhmu dari ragaku.Atau mungkin kita hanya berjarak ratusan meter?atau terpisah pulau?atau terpisah lautan?Tolong, temui aku segera.Aku sekarat menantimu, setengah sesak...,